Assalamualaikum Wr Wb "Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaklah dia bersilaturrahim (berhubungan baik dengan keluarga dekat) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikanNya. (HR. Ar-Rabii')". -----DAMAI ITU Sangat INDAH dan Nyaman-----

Rabu, 15 November 2023

Riwayat Hidup Kyai Sarbini Pulosari Kediri Jawa Timur

 

RIWAYAT HIDUP DAN PERJUANGAN MBAH KYAI SARBINI

 

 

Mbah Kyai Sarbini diperkirakan hidup di akhir tahun 1700 M atau diawal tahun 1800 M. Beliau berasal dari daerah Jawa Tngah, tepatnya dari daerah Solo / Surakarta.

Keluarganya konon bekerja sebagai abdi dalem kesultanan Surakarta. Akan tetapi pemuda Sarbini mempunyai pandangan yang berbeda dengan saudara – saudaranya.

Beliau lebih suka hidup mandiri untuk menuntut ilmu agama dengan merantau ke daerah Jawa Timur. Yang dituju adalah tempat pengembangan Islam.

Pada masa itu perkembangan agama Islam berpusat di daerah Surabaya dan sekitarnya. Beliau mondok pada seorang ulama’ di Mojokerto, tepatnya di dusun Daleman. Di situlah beliau menuntut ilmu agama. Karena kecerdasan dan kebaikan akhlaknya beliau cepat menjadi seorang ulama. Beliau diambil mantu oleh kyainya yang bernama Kyai Umar Sambiyo. Beliau seorang ulama yang berpengaruh pada masa itu. Menurut cerita, Tongkat nya Kyai Umar Sambio dapat untuk mengalirkan sumber mata air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya.

Suatu hari beliau menyembelih kerbau, dan kulitnya dibuat bedug yang dipakai untuk mengingatkan waktu sholat. Menurut cerita, bedug itu kalau dipukul suaranya menggema sampai keluar daerah, mendengar kabar itu sultan demak memboyong bedug itu ke Masjid Demak.

Mbah Kyai Sarbini dinikahkan dengan putrinya Kyai Umar Sambiyo yang bernama Nyai Siti Sumiroh / Mbah Guru.

Setelah cukup beliau mondok, beliau merantau ke arah selatan diikuti oleh istri dan santrinya dengan tujuan semata – mata mengamalkan ilmu agamanya dan berdakwah di daerah lain. Daerah Mojokerto dan Kediri sama – sama dilalui sungai Brantas.

Sungai Brantas pada masa itu merupaklan jalur lalu lintas Mbah Kyai Sarbini dan santri – santrinya menyisiri sungai Brantas sampai di Kediri, tepatnya dusun Pulosari.

Beliau mendirikan pondok untuk mengembangkan agama Islam. Hal ini dapat dibuktikan dari pengakuan orang – orang di sekitar dusun Pulosari.

Mbah kyai sarbini lebih mengutamakan kehidupan agama, hal ini dapat diketahui bahwa beliau sangat memperhatikan anak – anaknya untuk melanjutkan perjuangan beliau.

Pondok yang beliau dirikan sampai sekarang masih ada. Setelah mbah kyai sarbini meninggal dilanjutkan oleh putranya KH Thohir, kemudian dilanjutkan Kyai Abdul Mu’in dilanjutkan puteranya Kyai Zainal Abidin dan Kyai Abdul Malik.

Mbah Kyai Sarbini juga memberikan tempat untuk putrinya yang bernama Siti Aisyah yang dinikahkan dengan sorang ulama yang bernama KH Shiddiq beliau seorang ulama yang pernah mondok di Makkah selama kurang lebih lima tahun.

Siti Aisyah diberi tempat disebelah timur dusun pulosari dengan suaminya KH. Shiddiq mendirikan pondok. Setelah beliau meninggal dilanjutkan oleh putra putrinya yaitu KH. Abdul Syukur dan KH Thoyib.

KH. Abdul Syukur dilanjutkan oleh KH. Afandi Zubair dan KH. Thoyib dilanjutkan oleh KH. Moh Isa dan KH. Abdulloh.

Untuk selanjutnya diteruskan oleh anak, cucu, dan cicit yang tinggal didaerah lain yang terus melanjutkan perjuangan Mbah Kyai Sarbini, baik berupa pondok pesantren, lembaga pendidikan islam, maupun memangku masjid atau mushola yang semua itu merupakan lambang perjuangan agama Allah yang merupakan jariyah. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar